Warga Poyowa Kecil Mulai Serbu Kelurahan Mongondow



Warga Poyowa Kecil mulai emosi dan kembali memasuki Kelurahan Mongondow

Kotamobagu, ME Predikat Sulawesi Utara yang kerap disebut sebut sebagai provinsi teraman di Indonesia, kembali tercoreng. Pertikaian antar kampung (Tarkam) yang nyaris menjurus ke SARA, masih kerap terulang.  Selang satu bulan terakhir,  3 konflik antar kelompok massa  yang menelan korban terjadi di wilayah Bolaang Mongondow Raya.
Belum hilang dingatan bentrokan massal antar warga  Desa Tambun dan Imandi, kini konflik serupa terjadi antara Desa Poyowa Kecil – Kelurahan Mongondow Kota Kotamobagu  dan Desa Doloduo-Desa Ikhwan kabupaten Bolmong. Situasi ditanah Totabuan itu kian mencekam.
Aparat keamanan pun mulai kewalahan mengatasi tarkam yang kerap dipicu oleh permasalahan sepele. Pengaruh minuman keras (Miras) juga ikut menjadi penyulut pertikaian. Mediasi pemerintah setempat, belum cukup efektif menghentikan konflik antar kampung tersebut.
Tokoh masyarakat tak henti hentinya mendesak Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk turun tangan menyelesaikan beragam konflik di wilayah Bolmong Raya. Mengingat top leader Sulut, Sinyo Harry Sarundajang dikenal luas sebagai tokoh pendamai konflik horizontal di Provinsi Maluku dan Maluku Utara.  “Kami minta Pemprov segera turun tangan. Kondisi di beberapa wilayah di Kota Kotamobagu dan Bolmong sudah semakin mencekam,” pinta Hendra Mangopa,  salah satu pengurus Aliansi Dumoga Raya.
Wakil Gubernur Sulut, Djouhari Kansil ketika dikonfirmasi, Selasa (13/11) kemarin, menyatakan bahwa aparat keamanan sudah turun di wilayah Kota Kotamobagu dan Bolmong yang terlibat konflik. “Aparat sudah turun kesana,” singkatnya.
Kedepan lanjut Kansil, pihaknya akan membangun pos keamanan yang melibatkan polisi dan TNI diwilayah Bolmong Raya yang diangggap rawan pertikaian. “Anggaran pos keamanan itu akan ditata di APBD  2013. Jadi akan didirikan awal tahun depan,” tandasnya
Ia pun mengimbau kelompok massa yang terlibat konflik di Bolmong Raya untuk dapat menahan diri.  “Jangan saling simpan dendam. Kalau ada persoalan, sebaiknya duduk dan selesaikan bersama. Tokoh agama, tokoh adat, maupun tokoh pemuda juga harus bersinergi dengan pemerintah setempat dan aparat keamanan dalam menyelesaikan permasalahan,” simpulnya sembari menambahkan bahwa pihaknya akan terus mengkampanyekan program brenti bagate.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di wilayah Desa Poyowa Kecil – Kelurahan Mongondow, Kota Kotamobagu masih mencekam. Dari pantauan manadoexpress, ratusan warga Desa Poyowa Kecil sudah mulai memasuki Kelurahan Mongondow.  Terindikasi massa akan melakukan penyerangan. Aparat polisi dan TNI, nampak berjaga jaga dan coba menghalangi warga.
Diketahui peristiwa Tarkam Desa Poyowa Kecil dan Kelurahan Mongondow Minggu (11/11) petang menyebabkan, Chandra Suot (16) warga Poyowa Kecil, tewas. Siswa SMKN 1 Kotamobagu itu meregang nyawa akibat luka menganga di bagian dada. Chandra terkena hujaman tombak saat pertikaian antar kampung itu pecah. (tr3/yadi mokoagow)

WARGA POYOWA KECIL TAK PERCAYA POLISI LAGI

DANDIM 1303 Bolmong, Letkol Inf Mudjiharto memimpin langsung pasukannya membantu pengamanan situasi di Poyowa Kecil.
Kotamobagu, KOMENTAR - Rupanya, tak hanya tokoh masyarakat Kelurahan Mongondow saja yang mengecam pola kepimpinan AKBP Enggar Broto Seno SIK selaku Kapolres Bolmong, terutama menyusul bentrok antarwarga Mongondow versus Desa Poyowa Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan, yang pecah pada Minggu (11/11) malam lalu. Ratusan warga Poyowa Kecil bahkan tidak percaya lagi dengan pihak kepolisian.
“Lebe bae TNI jo yang bajaga di sini. Dari kalo dari Polres Bolmong, tong mo aniaya pa dorang (aparat Polres Bolmong, red), karena dorang so talalu da bekeng-bekeng jaha warga sini,” ungkap sejumlah warga yang berteriak di depan aparat TNI yang berjaga di Desa Poyowa Kecil, Selasa (13/11) kemarin.
Reaksi miring bernada kekecewaan warga Poyowa Kecil itu, muncul pasca-bentrok antara mereka dengan warga Kelurahan Mongondow –dua daerah berbatasan ini, masuk dalam wilayah Kecamatan Kotamobagu Selatan. Warga Poyowa Kecil merasa, pihak kepolisian tidak memberikan pengamanan yang fair.
Mereka juga mendesak, agar pihak Polres Bolmong secepatnya mengusut pelaku penembakan terhadap Chandra Suoth (17), pelajar SMK Negeri 1 Kotamobagu yang tewas di saat meletusnya bentrok pada Minggu malam itu. Pasalnya, warga curiga, Chandra tewas akibat tersambar peluru yang dilepaskan oknum anggota Polres Bolmong.
Emosi warga rupanya masih ditahan-tahan manakala berlangsung prosesi pemakaman terhadap jenazah Chandra. Begitu ibadah pemakaman berakhir, sekitar pukul 16.00 WITA, ratusan warga yang sudah dikuasai dengan minuman keras beramairamai menuju barikade yang dibuat polisi di perbatasan antara Poyowa Kecil dengan Mongondow. Mereka berteriakteriak, untuk segera menangkap aparat kepolisian yang diduga pelaku penembakan terhadap Chandra.
Aksi mereka tak berhasil. Sehingga, para warga ini mencoba melampiaskan kemarahannya dengan hendak menyerang wilayah Mongondow.
Itu terlihat ketika ratusan warga berlarian ke arah perkebunan yang menghubungkan antara Poyowa Kecil dan Mongondow dengan niat membalas dendam.
Beruntung, aksi itu langsung diantisipasi oleh aparat kepolisian, sambil menembakkan gas air mata kearah warga, sehingga warga yang sudah emosi itu lari pontang-panting. Namun, di jalanan sebagian warga Poyowa Kecil pun ikut memperkeruh suasana, sehingga aparat kepolisian kocar-kacir, untuk mengamankan ratusan warga tersebut.
Sejumlah warga yang sempat ditemui berada di tengah perkebunan, mereka tidak akan pernah merasa puas, jika tidak ada korban jiwa dari pihak Kelurahan Mongondow. “Torang nda mo brenti, sampe ada dorang pe warga Mongondow, yang meninggal,” teriak sejumlah warga, yang saat itu sedang dipukul mundur oleh aparat kepolisian yang dipimpin langsung oleh Wakapolres Bolmong, Kompol Rustanto SH SIK.(cop)

sumber : http://www.harian-komentar.com/berita-daerah/totabuan/3967-warga-poyowa-kecil-tak-percaya-polisi-lagi.html

Bentrokan Warga di Kotamobagu, Satu Tewas


TEMPO.CO, Manado - Bentrokan antara warga Desa Poyowa Kecil dan Kelurahan Mongondow, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, terjadi Minggu malam, 11 November 2012, sekitar pukul 23.30 Wita.

Dalam peristiwa ini, seorang warga, Chandra Suoth, 17 tahun, meninggal. Korban yang tercatat sebagai siswa SMK 1 Kota Kotamobagu itu diduga terkena tombak di bagian dadanya. Tiga orang lainnya, Et Gonibala (22), Handi Bono (20), dan Rio Mongilong (19), harus dilarikan ke rumah sakit karena terkena tembakan peluru karet aparat kepolisian.

Bentrokan yang melibatkan hampir 1.000 orang itu juga mengakibatkan dua polisi terluka. Brigadir Erik terkena lemparan batu di bagian mata kanan. Erik kini dirawat di RSUP Malalayang, Manado, karena mengalami gangguan penglihatan. Sedangkan Brigadir Awaludin Paputungan terkena lemparan batu di dada.

Kepala Kepolisian Resor Bolaang Mongondao, Ajun Komisaris Besar Enggar Broto Seno, menjelaskan bahwa saat ini masih dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengetahui penyebab terjadinya bentrokan. Polisi juga sedang meminta keterangan sejumlah saksi. “Penjagaan masih kami lakukan di dua desa yang bertikai,” katanya, Senin, 12 November 2012.

Enggar mengatakan aparat yang dikerahkan terpaksa bertindak represif untuk membubarkan bentrokan. Apalagi sudah ada yang korban yang diduga terkena tombak dan dua polisi harus dirawat. Situasinya pun sudah gawat. “Kami harus menjalankan protap menembakkan gas air mata. Tapi karena tak kunjung mereda, akhirnya kami putuskan menggunakan peluru karet,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dirangkum Tempo di lokasi kejadian, bentrokan dipicu oleh aksi sejumlah pemuda Kelurahan Mongondow yang membuat keonaran. Mereka mengendarai motor di Desa Poyowa Kecil sembari berteriak-teriak pada malam hari. Sejumlah warga Kelurahan Mongondow mengejar para pemuda tersebut.

Sekitar 500 warga Desa Poyowa Kecil langsung berkumpul, kemudian bergerak menuju Kelurahan Mongondow. Kedatangan warga Poyowa Kecil ternyata sudah diketahui oleh warga Kelurahan Mongondow. Tepat di perbatasan kedua desa, aksi saling serang terjadi. "Tiba-tiba sudah bunyi seng yang dilempari," kata beberapa warga, Senin pagi, 12 November 2012.

Polisi yang mendapat informasi terjadinya bentrokan langsung menuju lokasi kejadian. Beberapa di antaranya yang sudah tiba lebih dahulu langsung melerai warga yang terlibat bentrokan.

Melihat aksi warga kedua desa yang semakin brutal, polisi menembakkan gas air mata. Namun, karena bentrokan tak kunjung reda, polisi melepaskan tembakan dengan menggunakan peluru karet, yang mengakibatkan orang warga terluka.